Prasasti Ciarunteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Oleh : A. Sari

Perjalanan menuju Prasasti Ciarunteun sangat mengagumkan. Dari pusat kota Bogor, kita perlu beberapa kali berganti angkot. Angkot terakhir sampai di pasar Ciampea. Dari situ tinggal melanjutkan ke desa Ciarunteun Hilir tepatnya dengan naik ojeg untuk mengantar ke lokasi. Karena jalannya memang cukup sempit untuk dilalui mobil.

Memasuki desa ini, sudah terasa pada kami, angin bertiup sangat sejuk dan menggelitik pipi kami. Perlahan gerimis mengiringi kami ke lokasi batu tulis peninggalan kerajaan besar Tarumanegara.

prasasti ciarunteun2

Prasasti ini pertama kali ditemukan oleh seorang Belanda N.W Hovenman di kali Ciarunteun anak sungai Cisadane pada tahun 1683. Dari ditemukannya hingga tahun 1965, prasasti tersebut tetap pada tempatnya, yaitu di sungai Ciarunteun.

Di lokasi batu tulis kami bertemu dengan penjaga batu bersejarah ini yaitu pak Atma. Beliau sangat menyambut kedatangan kami. Usianya sekitar 60 tahunan. Dengan perawakannya yang kecil, namun tetap terlihat kuat. Sehari-hari bila ia tak di lokasi batu tulis mengawal para pengunjung, ia berada di ladangnya yang tak jauh dari lokasi. Dengan semangat dan cintanya pada situs ini, ia berkisah pada kami tentang peninggalan-peninggalan kerajaan kuno ini.

Proyek Pengangkatan Batu Tulis Ciarunteun

Sekitar tahun 1965-1975 banyak murid-murid SR (sekarang sejajar dengan SD) yang ingin melihat batu bersejarah ini. Untuk melihat batu tulis Ciarunteun, para pengunjung dahulu harus menyebrang sungai. Kadangkala bila musim hujan datang, batu tulis tak dapat dilihat, karena air sungai naik/tinggi. Sehingga banyak pengunjung yang datang dari jauh tapi tak dapat melihat batu tulis bersejarah ini. Maka dimulailah inisiatif untuk mengangkat batu tulis dari tempat aslinya ke darat.

Proyek pengangkatan dimulailah. Namun inipun baru dimulai 12 Juni 1981.Sebelumnya dibeli sepetak tanah untuk tempat baru batu tulis, yang tempat tersebut tak begitu jauh hanya beberapa meter dari sungai (tempat aslinya). Dengan peralatan seperti sling, papan, rantai, takel, tambang, dimulailah untuk mengangkat batu tulis ke atas/ke darat. Mula-mula batu dibungkus dengan papan, diikat rantai dengan tambang baja. Ujung sebelah diikat dengan pohon rambutan. Ujung seberangnya diikat di pohon duren dan nangka (sampai sekarang kedua pohon tersebut masih hidup!).  Jumlah tenaga kerja 20 orang (mereka merupakan penduduk  desa asli tersebut, Jakarta dan Jawa). Pemborongnya adalah Ir.Suharjoyo. Setiap 1 jam batu terangkat hanya 5cm. 1 hari 50cm. Kerja dilakukan sampai 5 sore. Proses semua pekerjaan ini berlangsung selama 30 hari.

Usia & Makna Tulisan Pada Batu Tulis

prasasti ciarunteun

Diperkirakan batu tulis ini dibuat tahun 450M dengan berat sekitar 8 ton. Pada batu tulis terdapat sepasang telapak kaki di permukaan batu. Yang sisi lainnya terdapat tulisan berhuruf Pallawa bebahasa Sansekerta yaitu :

Vikkranta Syavani Pateh

Srimatah Purnawarmanah

Tarumanagarendrasya

Visnoriva Padadvayam

Tulisan tersebut oleh Drs. Uka Candra Sasmita diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut :

“Inilah telapak kaki yang mulia Sang Purnawarman Raja Negeri Taruma yang gagah berani, yang menguasai dunia, sebagai telapak Dewa Wisnu”

Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu:

  • Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti yaitu kerajaan Tarumanegara).
  • Dalam kepercayaan Hindu, cap telapak kaki melambangkan kekuasaan sekaligus penghormatan sebagai dewa. Ini menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu yang tak hanya sebagai penguasa namun juga pelindung rakyatnya.

Pelestarian Batu Tulis Ciarunteun

Batu tulis Ciarunteun terdapat replikanya di museum Fatahillah, Jakarta. Sedangkan untuk menjaga keamanan batu tulis terdapat peringatan pemerintah : ‘barang siapa yang merusak barang dan lingkungan dikenakan sanksi 100 juta atau masuk penjara 10 tahun’.

Peninggalan Kerajaan Tarumanegara Lainnya

Sebenarnya tak hanya prasasti batu tulis Ciarunteun peninggalan kerajaan Tarumanegara di desa ini. Peninggalan/situs lainnya adalah :

  • Prasasti Kebon Kopi.Terdapat tapak kaki gajah. Diperkirakan gajah kesayaangan raja yang bernama Airawata. Prasasti asli ada di tempat tersebut, atasnya sekarang diberi atap rumah. Dinamakan prasasti kebon kopi karena pada saat ditemukan, daerah tersebut merupakan kebon kopi penduduk kampung. Usia prasasti sama seperti prasasti Ciarunteun.

prasasti kebon kopi tapak gajah

  • Prasasti Kebon Kopi II atau batu Dakon (congklak). Dinamakan ini karena wujud batunya berlubang dua. Disebut juga menhir. Lokasinya tidak dipindahkan, masih di tempat ditemukannya, namun dahulu tempat tersebut masih hutan.
  • Batu tullis Pasir Muara. Dalam bahasa Sunda, Pasir berarti luhur (tinggi).  Sedang Muara berarti pertemuan sungai dari S. Cisadane dan S. Cianten. 15 m dari pertemuan sungai tersebut di atasnya terdapat batu tulis. Berat prasasti ini sekitar 10 ton dan berbentuk lingga. Bila musim hujan, agak suilt melilhatnya karena sungai banjir. Rencananya tahun 2010 prasasti ini baru akan diangkat.

Pak Atma Sang Penjaga

pak atma

Setelah panjang lebar Pak Atma bertutur tentang Batu Tulis, berganti pembicaraan tentang jiwa, tentang yang batin. Walaupun beliau asalnya mendapat pengajaran dari gurunya di Banten, namun pimbicaraan dan pemikirannya nampak universal. Beliau menerangkan tentang perbedaan Hidup dan Allah. Makna shalat yang sebenarnya. Makna haji yang sesungguhnya. Juga tentang sakit dan obatnya. Kami mendengarkan dengan seksama. Ah, ia salah satu guru dan pembimbing hidup di bumi. Sering pengunjung yang awalnya menginap karena dari luar kota atau luar propinsi, kemudian karena cocok mendapat wejangan dari beliau, maka selanjutnya sering datang lagi untuk mendapatkan pengajaran selanjutnya. Bagi para pencari, tak ada salahnya untuk mendapat pengajaran batin dengan beliau yang hidupnya sudah menepi di atas bukit. Bagi kami Pak Atma tak hanya menjaga batu tulis secara fisik, tapi beliau juga menjaga batin (mengajarkan bagi siapapun yang dapat menerima pengajarannya, tanpa melihat secara fisik material, tapi apa isi pengajarannya).

* * *

Artikel terkait :

Ki Sunda di Tatar Sunda (Indonesia)

Ki Sunda di Tatar Sunda (Sunda)

Menapaki Perjalanan Sunda

Kalender Sunda & Revisi Sejarah

Makanan Sunda

Susunan Warna Kasundaan

Amanat Galunggung Prabu Darmasiksa Leluhur Sunda

Pangeran Wangsakerta Sang Sejarawan

Dalam Kenangan, Abah Ali Sastramidjaja

Ras Nusantara

Ketika Jawa Bertemu Belanda

Prasasti Batu Tulis Bogor

Prasasti Ciarunteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Perbedaan Batu Tulis, Petilasan dan Makam

The Differences between Written-Stone, Petilasan Site & Tomb

Baduy-Sebuah Perjalanan Batin ke Suku Kuno tahun 1959

Kebon Raya Bogor

Sejarah Bangsa & Tanah Air Indonesia (Purbakala/The Last Continent)

Peninggalan Prasejarah Masa Perundagian

Prehistoric Remains from the Bronze-Iron Age

Prehistoric Remains from Neolitic Stage

Peninggalan Prasejarah Zaman Bercocok Tanam

Prehistoric Sites Along the Banks of Ciliwung River

Peta Lokasi Situs Prasejarah di Daerah Aliran Sungai Ciliwung

Tokoh-Tokoh Galuh Menurut Wangsakerta

Galuh Berarti Putri Bangsawan atau Sejenis Batu Permata

Keberadaan Galuh Sepanjang Sejarahnya, Sang Manarah

Gurindam Dua Belas

Boats & Ships during Kingdoms Era in Nusantara Archipelago

Perahu-Perahu di Masa Kerajaan Nusantara

Asal-Usul Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia

Kerajaan Salakanagara

Kerajaan Tarumanagara

Kerajaaan Indraprahasta

Kerajaan Kendan

Kerajaan Galuh

Kerajaan Sunda

Wangsa Sanjaya

Kerajaan Saunggalah

Kerajaan Sunda-Galuh

Kerajaan Kuningan

Kerajaan Cirebon

Perang (Pasundan) Bubat

Kerajaan Sumedang Larang

Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Sunda Kelapa – Jayakarta – Batavia

Kerajaan Banten

Kerajaan Talaga

Tabel Pemimpin Kerajaan Sunda, Galuh

Musik/Music

Musik Etnik Nusantara/Nusantara Ethnic Music

Musik Yoga, Meditasi & Terapi / Yoga, Meditation & Therapy Music

8 responses to “Prasasti Ciarunteun Peninggalan Kerajaan Tarumanegara”

  1. succes lhaaa..,, buat blognya..
    teteup semangat dehh

  2. Pada atau kaki dianggap bagian yang suci dari tubuh manusia karena menyangga seluruh tubuh. Disamping itu juga pada telapak kaki banyak syaraf yang terkait dengan seluruh bagian tubuh kita. Sudah merupakan suatu tradisi penghormatan jaman dahulu di Nusantara dan di India, dimana seseorang menyentuh atau membasuh kaki dari orang yang dihormatinya seperti ibu, bapak,guru, tamu, dsb termasuk kepada Dewa/Tuhan sendiri. Di Bali, banyak gelar utk bangsawan sebagai tanda penghormatan seperti Cokorda, Pedanda, dsb yang berarti kaki. Begitu pula dengan pernyataan “Daulat kaki tuanku”. Menyentuh kaki, juga simbol kerendahan hati, lambang bebas dari kesombongan dan egoisme. Jadi lambang kaki raja Purnawarman adalah sebagai penghormatan kepada beliau. Dalam ritual Hindu, memuja Tuhan atau Dewa yang dilambangkan dengan pemujaan patung/arca adalah dengan menuangkan air atau membasuh dengan air kelapa, air bunga, dsb ke kaki patung. Setelah itu baru air pencucian tsb dimohonkan sebagai anugerah Tuhan/Dewa. tentu patung yang terbuat dari batu bukanlah Tuhan sendiri, orang bodoh pun tahu. Sama dengan kata Tuhan, huruf atau suara yg menyatakan Tuhan juga bukan Tuhan itu sendiri.

  3. Salam Budaya.
    Maturnuwun bp. Astana sudah menambahkan informasinya. Mari sama2 kita teruskan penggalian & pelestarian budaya bangsa. Kalau bukan kita generasi bangsa ini, siapa lagi?
    Selamat & Cinta,
    Shangkala.

  4. baik and sangat membantu anak-anak untuk mempelajari sejarah peninggalan kerajaandi negerinya NKRI

  5. RIZQIYA MUMTAZA Avatar
    RIZQIYA MUMTAZA

    oh …gitue ya

  6. kalau saja banyak orang yang tahu tentang peninggalan pasti budaya indonesia dan peninggalannya semakin di ketahui keberadaannya dan tidak akan terbengkalai 🙂
    oh ya nama prasatinya itu kalau tidak salah ciaruteun bukan ciarunteun

  7. KOREKSI:Ada yg digali Menteri Agama untuk mencari HARTA KARUN dibawahnya.

Leave a comment