Dalam Kenangan
Abah Ali Sastramidjaja
27 Oktober 1935 – 25 September 2009
Tokoh Sunda, Peneliti, Penulis & Penemu
Anak Bangsa Indonesia Yang Berkarya Dalam Jiwa Sunda Sesungguhnya
Oleh : Desie Arumsari
Sampurasun.
Kita telah kehilangan salah satu tokoh besar bangsa ini. Ali Sastramidjaja, panggilan akrabnya Abah Ali. Beliau mendedikasikan hidupnya dalam penelitian mengenai Sunda sejak tahun 70-an. Hal ini ia lakukan atas dasar keingintahuannya tentang Sunda. Tak ada orang, buku-buku, atau perpustakaan di jaman itu yang memuaskan pertanyaan-pertanyaannya mengenai Sunda. Atas dasar itulah ia memulai penelitiannya sendiri mengenai Sunda. Apa Sunda sebenarnya berikut jejak-jejak peninggalan-peninggalannya.
*
Pada awal pertemuan dengan beliau, penulis masih kuliah. Beberapa rekan dan saudara satu generasi yang memiliki visi yang sama juga memiliki ketertarikan pada Abah Ali. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, gelombang kesadaran jiwa abah menarik kami, semampu kami untuk dapat melihat, mendengarkan, dan merasakan apa yang Abah berikan pada kami, pengetahuan dan pengalamannya. Saat-saat dimana beliau masih sangat sehat, saat beliau dua kali di rawat di rumah sakit di Bandung dan saat beliau mulai masa penyembuhan di rumahnya. Dan kemudian beliau memutuskan meninggalkan tubuhnya di bumi untuk memulai perjalanan selanjutnya yang ke Yang Maha Tinggi dan Yang Maha Luas.
*
Berikut kisah hidup Abah Ali :
Tahun 70an Abah Ali berpetualang masuk ke seluruh Jawa Barat. Tahun 70-an tersebut Ia melakukan penelitian tentang Sunda selama 4 th. Ia mengendarai motor dan setiap tahunnya Abah mengganti motor untuk mengantisipasi agar motor tidak mogok dan selalu aman untuk penelitiannya. Penelitian tersebut memperoleh banyak hasil seperti : data tulisan, rekaman wawancara,dan foto. Wawancara yang ia lakukan adalah wawancara terhadap para sepuh (yang ada di tiap daerah Jawa Barat). Dan kebanyakan para sepuh tersebut sekarang sudah tiada. Perjalanan terakhir abah adalah ke Baduy, Banten.
Salah satu cerita menarik dari perjalan Abah adalah saat beliau ke Ujung Kulon. Tak ada jalur darat menuju Ujung Kulon, jadi Abah memutuskan naik kapal. Saat itu Selat Sunda memiliki ombak yang kecil dan halus. Jadi nyaman untuk berlayar. Salah satu pemandangan yang diingat abah saat itu adalah, perjalanan laut tersebut ditemani oleh terang bulan, sangat indah sekali. Suasana yang indah ini tak pernah hilang dari ingatannya.
Kembali pada perjalanan Abah. Ia tiba di kantor cagar alam dan bermalam di sana. Kampung terakhir yang ingin Abah ketahui tentang seni budaya ternyata tak seperti yang Abah harapkan, tak ada seni-budaya di sana. Yang diketahui Abah dari desa tersebut adalah, bila hewan-hewan cagar alam datang ke kampung tersebut, tak boleh di bunuh oleh penduduk kampung. Karena hewan-hewan di sana dilindungi.
Tahun 80-an awal, abah mulai belajar computer. Tak tanggung-tanggung, karena teknologi computer tak ada di Indonesia, abah langsung ke Belanda untuk belajar tentang teknologi baru ini di jaman itu. Sepulangnya dari Belanda, karena sangat jarang sekali orang Indonesia yang mengetahui computer, maka Abah diminta untuk mengajar computer di Medan. Selama 3 th di sana ia mengajar di perguruan tinggi, kantor dan kapal. Tahun 80-an ini, abah mulai mengopi CD data-data penelitiannya. Ia ingat, tak ada toko di Sumatera yang menjual CD. Karena saat itu baginya sangat penting, maka Abah membelinya di Singapura dengan harga yang sangat mahal : Rp.500.000/keping !
Dari penelitian, abah melihat bahwa beberapa naskah sejarah baik yang sudah dicetak buku atau yang masih asli belum diterjemahkan, kebanyakan isi sejarahnya diulang-ulang. Maka Abah berinisiatif membuat ringkasan sejarah, yang diklasifikasikan masing-masing mengenai kerajaan-kerajaan Jawa Barat, kerajaan-kerajaan NusaJawa dan kerajaan-kerajaan Nusantara. Ini sangat mempermudah siapapun untuk mengetahui sejarah kerajaan-kerajaan di bumi Nusantara kita.
Akhir 70-an Abah ikut dalam tim penerjemahan kitab Wangsakerta. Namun sayangnya hasil kerja keras mereka tak diakui oleh pemerintah Orba. Entah dengan alasan apa. Padahal kitab Wangsakerta adalah kitab berupa naskah kuno peninggalan peradaban bangsa ini. Yang kemudian naskah-naskah kuno tersebut di terjemahkan tim penerjemah dalam bahasa Sunda. Dari bahasa ini baru di alihkan dalam bahasa Indonesia.
Padahal sebuah penerjemahan kitab dan naskah-naskah kuno bagi manusia Eropa, Amerika, justru merupakan hal sangat berharga bagi mereka. Mereka justru sengaja mengeluarkan dana besar dan mengutus banyak peneliti untuk penelitian penerjemahan naskah-naskah kuno. Mereka mengejar ke negara-negara yang merupakan pusat kebudayaan kuno seperti Mesir dengan Piramida dan hierogliphnya, India dengan suku Maya dan ramalan dari manuskrip kunonya, Kamboja dengan Angkor Watnya. Aneh saja bagi bangsa kita yang mengaku bangsa berbudaya, justru hasil-hasil kebudayaan kuno kita sendiri, tidak diakui dan diterima.
Abah menyadari bahwa computer sangat membantu penelitiaannya. Terutama saat ia meneliti tentang penanggalan Sunda. Penghitungan cermat dan cepat tak mungkin ia lakukan secara manual. Hasil penghitungan tersebut menghasilkan Kalender Sunda yang dinamakan Kalangider. Baru tahun 90-an Kalangider bisa diterbitkan di Bandung dan sambutan masyarakat cukup baik mengenai penanggalan asli Sunda ini.
Penemuan dari hasil penelitian terakhir Abah adalah tentang kalender Sunda Kuno, berbeda dengan Kalangider Kalender Sunda. Kalender Sunda Kuno jauh lebih tua dari Kalangider. Berdasarkan penghitungannya, maka Kalender Sunda Kuno telah berusia setidaknya 17000 tahun lebih!
Dahulu karena peradabannya ada, maka kalendernyapun ada. Tapi ketika kebudayaan Sunda Kuno hilang, maka kalender Sunda Kuno juga hilang. Kemudian muncul kalender-kalender lain hasil kebudayaan-kebudayaan berikutnya, seperti kalender Mesir, kalender Cina, kalender India, kalender Mesopotamia dll.
Penemuan kembali kalender Sunda Kuno merupakan hal yang mengejutkan. Karena ini berarti juga menemukan peradaban dunia yang sangat kuno, yaitu Sunda. Penemuan yang membuktikan bahwa Sunda bukan sekedar suatu wilayah di Jawa Barat, melebihi itu. Sunda Kuno adalah suatu zaman yang manusianya Nyunda. Yang berarti Bersih, Bodas, Herang. Kelompok manusia berkesadaran tinggi jiwa dan akalnya. Benar-benar manusia yang bersih, suci dan terang. Sehingga Sunda Kuno memiliki peradaban tinggi, nilai-nilai hidup dan sistem tatanan yang sangat maju yang akhirnya peradaban tersebut hilang. Kemudian menjadi cikal bakal kebudayaan-kebudayaan kuno berikutnya di dunia.
Namun Abah tak mau mengungkap hasil penelitiannya ke publik, mengingat belum siapnya pemerintah dan masyarakat terhadap hasil-hasil penelitian seperti ini. Jangankan penelitian abah tentang kalender Sunda Kuno, penerjemahan naskah kuno, yang benar benar dari lontar kuno saja tidak diakui pemerintah, apalagi yang jauh lebih tua. Setelah itu seorang peneliti Barat yaitu Stephen Oppenheimer mengungkap penelitiannya yang diberi judul Thesis Sunda. Thesis Sunda melegakan Abah, karena berarti tak hanya ia yang berhasil mengungkap penemuan kebudayaan Sunda Kuno.
Abah menemukan cara penghitungan kalender Sunda kuno yaitu berdasarkan perhitungan matahari dan bulan. Dalam kalender Sunda kuno:
- Caka Suria = penghitungan berdasarkan matahari
- Caka Candra = penghitungan berdasarkan bulan
—> Kalender SUNDA yang dinamakan KALANGIDER.
- Caka Suria Tembey = penghitungan berdasarkan matahari lama
- Caka Candra Tembey = penghitungan berdasarkan bulan lama
—> Kalender SUNDA KUNO
Abah menerangkan pada kami suatu bukti sangat tuanya peradaban Sunda Kuno yaitu dalam tata bahasa Sunda. Contoh kata : ’baruka’. Dengan pemberian imbuhan dan perubahannya, dibantu komputer untuk pencarian perubahan tersebut, maka ditemukan 8000 jenis perubahan. Bayangkan, hanya dengan 1 suku kata dasar, sudah berkembang menjadi 8000 kata, jumlahnya sudah 1 kamus sendiri. Dari penelitian kata maka barulah dapat ketegasan angka. Artinya sunda Kuno usianya sudah sangat kuno.
Dalam suatu peradaban bangsa, urutannya sebagai berikut :
kata –> bahasa –> tulisan –> angka & perhitungan –> kalender
Sehingga dalam suatu peradaban bangsa, kalender tercipta dari hasil perjalanan budaya suatu bangsa yang cukup lama. Dibutuhkan setidaknya waktu 3 millenium dalam suatu kebudayaan, barulah dapat menciptakan kalender. Maka sebelum ada kalender, kebudayaan sudah ada. Sehingga diperkirakan bahwa kebudayaan Sunda Kuno telah ada paling tidak 20.000 tahun yang lalu.
*
Satu hal yang Abah khawatirkan terhadap bangsa ini. Bahwa kita tidak menyadari dan mengetahui telah terjadi perubahan-perubahan pada bumi. Bumi sedang memasuki alam kesadaran perubahan besar semesta raya. Perubahan-perubahan ini akan terus bertambah dalam skala yang lebih besar, termasuk bencana-bencana alam dalam skala lebih hebat. Yang nantinya akan menghasilkan evolusi bumi baru dengan manusia baru yang diijinkan untuk hidup di atasnya. Manusia dengan tataran kesadaran jiwa dan akal yang jauh lebih tinggi dan jauh bertanggung jawab daripada penghuni bumi sekarang. Bila manusia sekarang menyadari saja belum, apalagi mempersiapkannya dan berubah bersama perubahan alam, bumi dan semesta.
*
Begitulah serangkum jejak-jejak perjalanan dan dedikasi hidup seorang yang Nyunda, Abah Ali Sastramidjaja di tanah Sunda.
*
Lakon Hidup Abah Ali Sastramidjaja :
-Kala Muda-
Gairah peneliti Abah sudah nampak jelas di usia muda
*
-Kala Penelitian di Baduy-
Abah mendapatkan pengajaran lahir & batin di sini
*
-Kala bersama Penulis-
Salah satu mentor terbaik dalam perjalanan hidup penulis
*
-Ali Sastramidjaja-
Yang kami cintai. Abah kami. Mentor kami.
Selamat Jalan Abah, Dalam Pelukan Yang Maha Tinggi, Yang Maha Luas, Yang Maha Kasih
* * *
Artikel Terkait :
Kalender Sunda & Revisi Sejarah
Perbedaan Batu Tulis, Petilasan & Makam
The Differences between Written-Stone, Petilasan Site & Tomb
Baduy-Sebuah Perjalanan Batin ke Suku Kuno tahun 1959
Sejarah Bangsa & Tanah Air Indonesia (Purbakala/The Last Continent)
Peninggalan Prasejarah Masa Perundagian
Prehistoric Remains from the Bronze-Iron Age
Prehistoric Remains from Neolitic Stage
Peninggalan Prasejarah Zaman Bercocok Tanam
Prehistoric Sites Along the Banks of Ciliwung River
Peta Lokasi Situs Prasejarah di Daerah Aliran Sungai Ciliwung
Tokoh-Tokoh Galuh Menurut Wangsakerta
Galuh Berarti Putri Bangsawan atau Sejenis Batu Permata
Keberadaan Galuh Sepanjang Sejarahnya, Sang Manarah
Amanat Galunggung Prabu Darmasiksa Leluhur Sunda
Pangeran Wangsakerta Sang Sejarawan
Boats & Ships during Kingdoms Era in Nusantara Archipelago
Perahu-Perahu di Masa Kerajaan Nusantara
Asal-Usul Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia
Kerajaan Salakanagara
Kerajaan Tarumanagara
Kerajaan Cirebon
Perang (Pasundan) Bubat
Kerajaan Sunda Kelapa – Jayakarta – Batavia
Tabel Pemimpin Kerajaan Sunda, Galuh
Kerajaan Kalingga di Jawa Timur
Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah
Medang di Bumi Mataram (sebelum Sailendra)
Kerajaan Majapahit, Wilwatikta
Musik Etnik Nusantara/Nusantara Ethnic Music
Musik Yoga, Meditasi & Terapi / Yoga, Meditation & Therapy Music
Kelas Yoga & Singing Bowl (Genta Tibet)
Asanas Yoga, Jiwa Gembira Melalui Gerakan-Gerakan Tubuh
Orbs & Light Beings in Ancient Tribe, Java-Indonesia
Thanks for What We Have – Music Performance at the Orphanage
Leave a reply to oca Cancel reply