Garuda Pancasila

MENURUT Lampiran pada Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 1951, lukisan Garuda diambil dari khasanah peradaban Indonesia. Garuda tergambar pada beberapa candi sejak abad ke-6 sampai abad ke-16, sebagai lambang tenaga pembangunan seperti dikenal pada peradaban Indonesia.

Burung Garuda dari metologi nenek moyang Indonesia berdekatan dengan burung elang Rajawali. Burung ini dilukiskan di candi Dieng, Prambanan dan Panataran. Di Dieng dilukiskan sebagai manusia berparuh burung dan bersayap; di Prambanan dan di candi-candi Jawa timur bentuknya berparuh panjang, berambut raksasa dan bercakar.

Raja Erlangga menggunakan tokoh Garuda sebagai meterai kerajaan. Lambang itu diberi nama Garudamukha. Sekarang meterai Garudamukha disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan kode penyimpanan No.:D-16. Bahwa raja-raja Indonesia sudah sejak lama memakai lambang ini, diketahui juga di Barat. Dalam sebuah buku tentang lambang-lambang kerajaan yang terbit sekitar tahun 1453, berjudul “Des Conrad Gruenenberg, Ritters und Burgers in Constanz wappenbuch, vollbracht am nuenden Tag des Abreilen, do man zaelt tussend vier hundert drue und achtzig jar :membuat lambang “Kaisar Jawa” memperlihatkan seekor burung phoenix di atas api unggun. Sedang “Kaisar Sumatra” memakai lambang Rajawali digambar dari samping dengan kedua cakarnya mengarah kedepan.

Pasal 5 Lampiran itu menyebutkan bahwa kata Bhineka ialah gabungan dua kata yakni Bhina dan ika. Kalimat seluruhnya dapat diterjemahkan, “Berbeda-beda tetapi satu jua”, kedua kata itu sering menimbulkan salah tafsir, orang mengira bahwa ika itu berarti satu, padahal hanya kata petunjuk yang berarti “itu”. Kata ini masih hidup dalam bahasa daerah Jawa Timur. Bhinna ika (digabungkan jadi bhinneka), tunggal ika. Terjemahan kharfiah: beda itu (tetapi) satu itu.

Semboyan ini diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu Tantular dari pertengahan abad ke-14. Kata-kata ini dipakai Tantular untuk menjelaskan faham senkretis antara Hinduisme dan Buddhisme yang menjadi aliran jaman itu. Lengkapnya ialah: Siwatattwa lawan Buddhatattwa tunggal, bhinneka tunggal ika, tanhana dharma mangrwa. (Siwa dan Buda itu satu, dibedakan tetapi satu, tidak ada ajaran agama yang bersifat mendua).

Burung Garuda menjadi lambang Negara RI berdasarkan Peraturan Pemerintah No.66 tanggal 17 Oktober 1951. Tetapi telah berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1950. Berbentuk Burung Garuda yang di dadanya tergantung perisai dengan “Lima Simbol”, yang lazim disebut Pancasila.

Hingga sekarang pencipta lambang Garuda Pancasila belum diketahui, meskipun pernah disebut nama-nama tertentu, seperti Mr.Moh.Yamin dan Sultan Hamid II. Kedua tokoh itu pernah menjabat Ketua Panitia Lencana Megara di masa kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat).

Sedangkan penggali falsafah Pancasila itu sendiri, yang menjadi azas negara kita adalah Proklamator Presiden Pertama Ir.Soekarno.

Berikut ini gambar-gambar yang dicalonkan untuk menjadi lambang Republik Indonesia. Namun yang ditetapkan menjadi lambang Negara, seperti yang kita gunakan sekarang.

Lambang1

Lambang2

Lambang3

Lambang4

Lambang5

Berikut lambang negara RI beserta keterangannya :

lambang negara Garuda Pancasila

WARNA

Seluruh burung garuda, bintang Nur Cahaya, kapas, padi & rantai Kuning Emas
Ruang perisai di tengah-tengah 

(kiri atas & kanan bawah : merah ; kanan atas & kiri bawah : putih)

Merah-Putih
Dasar Nur Cahaya yang berbentuk perisai Hitam
Kepala banteng Hitam
Pohon beringin Hijau
Pita Putih
Huruf Hitam

JUMLAH HELAI BULU

Pada tiap-tiap sayap 17
Pada ekor 8
Kecil di bawah perisai 19
Kecil di leher 45

* * *

Artikel terkait :

Wejangan Leluhur

Manusia Seutuhnya

Manusia dan Fitrahnya

Kehidupan

Peranan Perempuan dalam Skenario Blueprint Pancasila

Makna dari Ilmu & Pengetahuan (Bagian I)

Kebijaksanaan dari Visi Kepemimpinan

Jati Diri & Rasa

Reflectiong on Children Innocence of a Harmony Life among People Different Religious

Garuda Pancasila

Bhinneka Tunggal Ika

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

15 Sifat Kepemimpinan Mahapatih Gajah Mada dalam Negara Kertagama oleh Mpu Prapanca

Kesadaran Kosmos & Zona Photon

Proyeksi Nusantara

19 Unsur Proses Perjalanan Rohani

The Gaia Project 2012 (Indonesia)

The Gaia Project 2012 (English)

Serat Jayabaya (Jawa)

Ramalan Jayabaya (Indonesia)

Jayabaya Prophecy (English)

Thanks for What We Have – Music Performance at the Orphanage

Yoga Class

Pengertian Yoga

Kelas Yoga & Singing Bowl

Asanas Yoga, Jiwa Gembira Melalui Gerakan-Gerakan Tubuh

Asanas Yoga. Healthy & Happy of Body & Soul

Yoga Ibu Hamil

Prenatal Yoga

Meditasi

Rileksasi Dalam

Meditation

Cakra & Kundalini

Heart, Hands & Orbs at Merapi Volcano, Central Java

The Studio Wellness Program at The Stones, Kuta, Bali

Surya Candra Bhuana

Orbs at Yoga Class

Orbs & Light Beings in Ancient Tribe, Java-Indonesia

Conversation with the ORBS

Perguruan Silat Tadjimalela

Prosesi Ala PS Tadjimalela

Pelatihan Perguruan SIlat Tadjimalela

Pengalaman Pelatih Silat Lokal di Kancah Global

Momen Pelatihan dan Kejuaraan Timnas Indonesia

PS Tadjimalela – Konsolidasi Batin dalam Halal bi Halal

Kerajaan Sumedang Larang

Prosedure Darurat Gempa Bumi

Krakatau (Indonesia)

Krakatau (English)

Earthquake Emergency Procedure

Earthquake Cloud

Awan Gempa

Tanda-Tanda Dari Hewan Terhadap Bencana Alam

Animal Signs of Natural Disaster

Gurindam Dua Belas

Boats & Ships during Kingdoms Era in Nusantara Archipelago

Perahu-Perahu di Masa Kerajaan Nusantara

Asal-Usul Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia

3 responses to “Garuda Pancasila”

  1. Terima Kasih – saya bertambah wawasan

  2. lambang negara indonesia diciptakan oleh Dirk ruhl.seorang belanda yang lulusan itb.bandoeng.sahabat dari Dr.Ir.soekarno.president repoeblik indonesia serikat.
    waktu itu masih bernama indonesia serikat.
    garuda sendiri adalah burung tunggangan wisnu dan garuda juga kerap di sebut jhathayu burung tunggangan sri rama dalam epos hindu ramayana
    selain indonesia garuda juga populer di india,nepal dan bangladesh.
    garuda juga lambang negara amerika serikat dan jerman

  3. Lambang garuda diciptakan oleh Sultan Hamid II 🙂

Leave a comment